Selasa, 14 Januari 2014

Aku

putih..putih..putih... hijau..biru..kuning.. merah..kuning..hijau.. hitam.!! Putih. Putih..Hitam..? Hitam..Putih..? abi-abu? Putih..putih.. dan putih.. Putih.!!! 10 Mei 2012 pukul 4:30

Tabe

tabe.. 20 tahun aku dibesarkan di tanah kaili.. banyak cerita tentunya.. ayah dan ibuku yang berdarah jawa timur.. merantau di tanah kaili demi anak-anaknya.. panas dan kerasnya tidak pernah merobohkan tekat.. ini hanya sebuah cerita singkat tentang siapa diriku.. kini.. diriku sangat rindu akan tanah kaili.. asalmu dari mana? "tanya seorang teman" dengan bangganya aku menjawab aku dari palu sulawesi tengah,. palu ngataku.. tabe tupu ta`ala.. tabe roa.. tabe.. sekarang aku adalah putra kaili yang sedang merantau.. dan akan kembali. tabe.. 8 Oktober 2012 pukul 9:21

Dik

Aku mendengar tangis di subuh hari Aku melihat dengan sedikit mengintip dari tirai pintumu Engkau terbangun ibu Terbangun bagaikan bak udara segar Engkau dengan sigap memeluk anakmu Sigap seperti air susumu yang membawanya tetidur kembali Ibu Ya.. sekarang engkau mnjadi ibu adik-ku Aku bertanya dalam hati Apa yang kau harapkan dari anakmu? Apa kau mampu mengerti apa yang dirasakan ayah dan ibumu waktu itu? Apa kau sudah siap jika anakmu tak mampu membahagiakanmu karena harapanmu? Dan apakah kau mampu jika kelak anakmu hidup dengan penuh dosa? Apa yang kau persiapkan tentang hidup yang penuh dengan tanda Tanya ini? Kini…. Engkau seorang ibu Duhai adik tersayangku Aku berdoa kepada ilahi Berdoa agar kau siap mengahadapi masa depanmu dengan suami dan anakmu Aku juga bercerita kepada tuhan Bahwa adik-ku Adalah surge keluargaku Bahwa adik-ku adalah nafasku Bahwa adik-ku adalah segala-galanya Dan… Adik-ku adalah wanita yang lemah Lemah karena ia tak mampu meninggalkan aku dan keluargaku Tuhan.. Darahku dan darahnya adalah Satu Kami terlahir dari mani ayahku Yang dibuahi dirahim ibuku Yang kemudian kami keluar dari rahim ibuku Aku mohon kepadamu tuhan Jika dia merasakan sakitnya hidup ini Aku mohon bagikan sakit itu padaku Tuhan bukan berarti aku melawan kehendakmu Tapi aku hanya ingin menjadi kaka yang selalu ada untuknya Karena engkau memahami betapa jauhnya kami saat ini Dik.. Tulus dan ikhlaslah Terus tersenyum untuk pangeran yang menjagamu Keringat pangeranmu hanya mampu dihapus oleh doa dan senyum-mu Dik.. Selamat kin kau menjadi seorang ibu Dan kelak aku akan menjadi seorang bapak. Minggu, 11 agustus 2013 sukoharjo by. MAR-KAS

Lelaki Beraja Pena

Kata-katamu menghancurkan kata-kataku Berdua bercumbu Dimusim dingin Kata-katamu membangunkan jiwaku Membelah cakrawala Agar diriku mampu menebas mimpi Kata-katamu berteman dengan doa seorang ibu Terima kasih Dingin ini akan menjadi tiang surga

Surat Kecil Untuk Batu

bagaiman aku harus menyusun kata dikerasmu jika rasa ini mampu untuk menulis satu huruf aku akan selalu menyicilnya tapi kerasmu membuatku luluh dalam rasa apa mungkin kau punya pena sendiri? aku berkelana untuk menggadaikan diri jika dirimu mampu merasakan ini mungkin kini kau mnjdi air yang mengalir semua hanya bayang semu belaka harapan dan harapan surat kecil untuk batu

Senin, 13 Januari 2014

Jangan Takut Mak

Diri ini memerah Bersandar diatas papan Dimakan rayap Perlahan mulai goyang Diantara dedaunan yang gugur Aku jauh lebih terpuruk Entah. Aku marah Mak Marah atas segala kekhawatiranmu Saat mata berkaca Hanya hujan lah yang kembali menghapus pedih ini Jangan takut mak Masih ada tiang-tiang kokoh disekitarku Jangan takut mak

Mak, Sebuah Nama

Sebuah nama Ingat diantara daun yang berguguran Aku tak menikmati kemboja itu lahir Tapi aku melihat ia tumbuh Tumbuh melindungi kuburan Mak.. Apa kau ingat sebuah nama Sperti aku yang merindukan gerhana Kini terpampang catatan Di atas kayu rapuh Sebuah nama

Jangan sedih buk

Jangan Sedih Mak Bunga itu harum Kini?? Semoga masih.. Jika ibu tak lagi datang Maka kembali kuterpuruk Memangsa segala dahaga atas kesendirian Kembali ku-ucapkan Terma kasih bu

Maaf buk

Maaf buk Khatulistiwa aku besar Hingga kini Aku terus tumbuh Maaf.. aKu belum sampai

Aku Ada

Aku Hidup Dalam ruang terkunci Aku berada diantara benda-benda mati Tapi aku hidup di dunia lain Dunia batin Antara aku dan ibu Ibu.. Aku rindu atas belaian Aku rindu atas nasehatmu Aku rindu ibu Aku rindu ibu Peluk aku dalam batinmu Disini aku peluk sebuah rasa Rasa yang tak pernah mampu tersentuh Yakni Sebuah rasa cinta Anatara aku dan ibu

Ibu-ku

Senja tak lagi datang Bintangpun tak lagi bersinar Bahkan mentari enggan menyapa Diatas sejadah kubersujud Dan merasa atas kehadiran Bukan sang pencipta Tapi seorang yang Terus menjadi dimensi diantara dimensi hidupku Ibu.. Ya.. dia ibu-ku

Siraman Lelaki

Sebab aku berada Bukan sesuatu hal metafisik Kau cipta aku atas Segumpal cinta dan kasih Kau siram aku Siram dengan segala kasih dan sayangmu Dan kini… Aku tumbuh menjadi lelaki seperti apa Yang kau siram-kan Tuhan.. Ku tahu kau mengerti hati ini

Pesan Mak

Hai mak… Masih ingat dengan anak ingusan Ya.. Itu aku, waktu itu Dalam jauh aku menyebut nama-mu Karena kusadar kita Punya dimensi antara Aku mencintai mu Dan.. Ku ingat segala kata-katamu Sakit lah. Karena ibu masih sakit

Syair Ibu

Untuk apa kutulis syair untukmu Karena tak ada seindah syair doa-doamu Disetiap waktumu untuk-ku Anak-mu yang kau cintai dan kasih Kelak aku kan baca syairmu Untukmu dan anak cucumu Terima kasih atas syair-syairmu

Senja Merindu

Aku bersandar diantara senja Sang bulan terlihat mulai tersenyum piluh Bintang pun tak lagi memanja Kini.. Disini aku duduk diam merindumu Esok.. Seperti doa-doamu Menjadi penerang dalam jejak-ku Disini aku merindu Dan berteman senja

Setia

Setia Malam menyapa pagi Kemabali engkau hadir Dalam sepi Hujan baru saja usai Lelaki tetap menanti Posisi ini yang dibenci Namun ia tetap setia menemani Bertanya kepada sang ilahi Ini cinta? Cinta ini? Laksana tua menanti mati Bertahan untuk terus mencintai

Gadis Kecil

Ini tentang gadis kecil Bersembunyi dalam asmara Menyimpan rahasia dalam alcohol Yang nanti menjadi asmara Kau lelaki konyol Dan dia gadis belia Ini masalah waktu Kapan muncul ! Semoga, Gadis kecil tetap setia Aku menyaksikan kisah kecil Menanti jawaban Sedih atau bahagia Berita dibalik nama acil Yang sama dengan dia

Sama Saja

Sama saja Sepasang angan terbang Berburu dalam juang Tidak ada satu yang… Saat semua naik Dengan gaya kini Hembus nafas lepas kesal Semua tetap berulang Ini tentang siapa yang dulu Tapi tetap saja sama

Semoga

Semoga Yang punya bakal terasa Semua kerja dan tak terasa Yang punya bahagia Yang lain gembiraria Ini sangat tetrasa Duduk diantara asa Esok, bahkan tak lama lagi Aku akan berada kembali Aku takut dan aku bangga Esok, kita akan bersua lagi Semoga… Amin

antara

antara ini Diantara dan tak tentu ara jika datang angin utara ia kan bawa bara semuanya fana hingga bau busuk nana menusuk jiwa merana

Senin, 06 Januari 2014

nol

seakan badai didepan mata siap memathkan tulang aku tak kuasa berkata hati rusak penuh bolong melompong bodohnya alu tidak menahan kemarin hanya sebuah nafsu dan kini membuat kepala jatuh aku tidak mampu berkata walau kemarin dan sekarang aku hidup dalam canda dan tawa itu semua palsu belaka karena sampai saat ini aku tak berkata

Minggu, 05 Januari 2014

sahabat

sahabat... kata-katamu sebelum adzan diantara gelap dan terang terus kuingat sahabbat kini kita jauh semoga kebahagiaan adalah sahabat dan cintamu sahabat aku masih seperti dulu aku masih punya rindu

Bunuh kotak mati

Tak ada lagi kotak mati aku berdiri laksana tadulako bulili disaat maut membawa sepi aku akan hadir dan hadapi jika gerhana enggan menyapa disana ada bulan dan matahari terus berlari berteman waktu kotak mati sudah hilang petani punya cara menyikapi cuaca pelaut tidak takut badai para [ejihat tidak takut mati doa orang tua terus terucap

sepi kembali

pagi ini aku melihat mentari lama bahkan sangat lama aku duduk diantara tiang-tiang namun sangat disayangkan tak ada satupun teman disampingku

jiwa yang kaku

aku duduk berdua dalam keramaian kuteguk kanan kiri sekitar, dan dan kami tertunduk menghadap beton kami diam dalam keramaian jiwa kini makin lamban kutulis sebuah sajak diatas papan sajak tentang jiwa yang kaku aku baca sjaknya ia baca sajakku aku menangis ia menangis dan kini aku mengerti dia dia juga mengerti aku kupegang erat tanganya kuajak ia berlari untuk pergi dari keramaian

aku yang sepi

AKU minum seteguk alkohol kau liat, dan kau sebut tolol aku berdiri diantara orang-orang konyol kau liat, dan kau katakan manusia botol aku marah karena ada kau otakmu semua berisi dugaan dalam sepi kuhisap tembakau sayang, kau tak melihat kebenaran datanglah disaat malam menunggu pagi hingga kau sadar betapa panasnya api air mata terus tertumpa dalam sunyi lihat, dengar, rasakan aku yang sepi

beku dalam aku

kau beri aku sesuatu ku simpan dalam sepatu agar menuntunku pergi ke sesuatu semua hanya satu ketika sepatu itu hilang maka aku menjadi ilalang angin akan membawaku terbang terbang dalam setiap bayang disaat semua tiada hanya kamu yang ada ada untu aku bersandar di dada bukan untuk menggoda sekali lagi karena kau sesuatu sesuatu yang membuatku terpaku terpaku dalam hati beku beku yang selalu hidup dalam aku

haram jadah

diriku yang harus kubunuh bukan ia, karena ia tidak bersalah semua ini kebodohan jadah dan ini perbuatan haram jadah aku ingin pergi untuk berlari namun, nafsu tak mampu pergi mengutuk diri sendiri dalam sunyi Anjing..!!! kenapa aku tidak bisa lari ia tidak menggoda hanya burung kecil saja yang nakal kepala ini berisi dosa kelak.. aku akan melihat merah menyelimutiku...... ...................... aku lelaki yang mati sebab aku tak mampu membunuh .................................. maaf untuk ia yang mencintaiku aku harus pergi ..................................

kotak mati

tunggu bintang dalam kotak mati menunggu hingga mati dimakan sepi entah apa yang membuatku begini kebiasaan menjadi cap dalam diriku berubah tidak lagi menjadi ini tentang kebiasaan sepi sepi yang tak ingin mati mati yang akan berhenti berhenti dan bersaksi bersaksi untuk bertanggung jawab kepada sang ilahi ..............jogja 14 nov 13....................kos

seribu satu

aku berada dalam kotak disetiap sudut kutulis namamu dan jika kuberada dalam lingkar keluarpun aku tak mampu sudah bersajak-sajak kutulis untukmu berharap esok atu lusa kau membaca setiap lembar sajak-ku hingga... kau wartakan kepada perusak cinta dan kasih aku sangat yakin ini adalah sajak yang ke seribu satu tentu kau tahu betapa berartinya dirimu disini aku masih menunggu cintamu

sepi

dalam rasa yang ada dirimu pikir aku mengada disini aku mengelus dada disaat semua pergi terasa sangat pergi hati ini berteman matahari duhai wanita yang kucintai dimana kini kau berada gejolak hati semakin sakit aku kering, karena hujan adalah teman sejatiku

sakit

sakit rasanya terlihat jelas dari mata seorang pejuang dan dari wajah kusutnya ............HMJ 29 desember 13...............

Doaku

Sejujurnya aku takut melihat esok tuhan jaga diriku selagi aku menantang gelapnya esok kan terang, esok

hina-lah aku dihadapanmuu

Aku lelaki fanatik katanya besender duduk diseudut tembok sudah lima kali kau mengingatkanku disetiap waktu 24 jam dan hari ini terkhir aku masih tetap duduk bersender bersama pejuang-pejuang maka kusadar "hina-lah diriku dihadapanmu"

jiwaku berkata

.................aku mendengar jiwaku................ ......."Aku tak ingin hidup seribu tahun lagi"..............

Untukmu

Tak ada kata bahkan kalimat seindah dan setulus bahwa aku lelaki fanatik yang kini mencintaimu jangan rubah perasaan yang kini ada sebab waktu tak-kan kembali

Ibu

Ibu, sungguh, dihari ini aku hanya ingin berkata bahwa.. aku.. anakmu yang ingusan sangat.. dan sangat merindukanmu .................. ........................HMJ 29 des 13

tiga gadis

ia tumbuh dalam ruang hitam saat ini.. esok akan terang benerang ia baru saja terbangun dan berkata "Aku baru naik Motor" dalam hati kupandang jauh kelangit dan berkata "esok kau kan naik cinta" ................ Gadis lain.. tertidur berselimut hijau ia kucinta sangat jelas kurasa lelahnya.. keluar seirama orokan-nya ia kucinta "esok aku ingin hidup bersamamu" ............... dan yang terakhir tetap diam sama seperti ia hidup "semoga, esok suaramu mengalahkan sangsakala" ..................HMJ 29 des,13